Kamis, 06 Januari 2011

Kekurangan Kalori Protein

Hehe, ni aku dapet tugas dari bu Dian, terus buat laporan tentang Penelitian Gizi. Lha, aq ngambil tema Malnutrisi tentang KKP (why ?) Coz banyakk materinya di buku, jadi aku salinn sajaa. .

Nii hasil sebagian dari hasil laporankuu . . semoga bermanfaat :-)

KKP / PEM
Penyakit (Kekurangan Energi Protein) KEP / ( Kekurangan Kalori Protein) KKP atau dalam bahasa inggris disebut Protein Energy Malnutrition (PEM)/ Protein Calory Malnutrition (PCM) merupakan penyakit gangguan gizi yang penting bagi Indonesia maupun banyak negara yang sedang berkembang seperti di Benua Asia, Afrika, Amerika Tengah dan Amerika Selatan. Penyakit ini terutama pada anak-anak yang sedang tumbuh pesat, umumnya pada usia 2 – 4 tahun (balita), orang dewasa sekalipun, umumnya untuk ibu yang sedang mengandung atau menyusui atau dewasa yang kekurangan makanan secara menyeluruh.

Penyakit ini terjadi karena defisiensi energi dan defisiensi protein disertai susunan hidangan yang tidak seimbang serta konsumsi bahan pangan pokok beras yang tidak cukup memenuhi kebutuhan. Hubungan metabolisme terdapat antara energi dan protein, yaitu bahwa protein merupakan adalah salah satu penghasil energi. Pada keadaan yang berat di temukan 2 tipe yaitu tipe kwarshiorkor dan tipe marasmus, masing-masing dengan gejala-gejalanya yang khas dengan kwarshiorkor marasmik ditengah-tengahnya.


MARASMUS
Menurut Hendy Iwantono (2008), Umumnya kondisi ini dialami masyarakat yang menderita kelaparan. Gizi buruk tipe marasmus adalah suatu keadaan dimana pemberian makanan tidak cukup atau higiene buruk disebabkan oleh defisiensi karbohidrat sebagai sumber energi.
I. Penampilan, Muka seorang penderita marasmus menunjukkan wajah orang tua atau wajah monyet. Anak terlihat sangat kurus (vel over been) karena hilangnya sebagian besar lemak dan otot-ototnya.
II. Perubahan Mental, Anak menangis, juga setelah mendapatkan makan karena ia masih lapar. Kesadaran yang menurun (apatis) terdapat pada penderita marasmus yang berat.
III. Kelainan pada kulit tubuh, Kulit biasanya kering, dingin, dan mengendur disebabkan kehilangan banyak lemak dibawah kulit serta otot-ototnya.
IV. Kelainan pada rambut kepala, Walaupun tidak sering seperti penderita kwarshiorkor, adakalanya tampak rambut kering, tipis, dan mudah rontok.
V. Lemak dibawah kulit, Lemak subkutan menghilang hingga turgor kulit mengurang.
VI. Otot-otot, Otot-otot atrofis, hingga tulang-tulangnya terlihat lebih jelas.
VII. Saluran pencernaan, Penderita maramus lebih sering menderita diare atau konstipasi.
VIII. Jantung, Tidak jarang terdapat bradikardia.
IX. Tekanan Darah, Pada umumnya tekanan penderita lebih rendah dibandingkan anak sehat seumurnya.
X. Sistem Pernapasan, Terdapat pula frekuensi pernapasan yang berkurang.
XI. Sistem Darah, Pada umumnya ditemukan kadar hemaglobin yang agak rendah.
KWARSHIORKOR
Kwashiorkor merupakan suatu istilah untuk menyebutkan gangguan gizi akibat kekurangan protein. Kwashiorkor berasal dari bahasa salah satu suku di Afrika yang berarti “kekurangan kasih sayang ibu”. Penyebab terjadinya kwashiorkor adalah inadekuatnya intake protein yang berlansung kronis.
I. Penampilan, seperti anak yang gemuk (surger baby) bilamana dietnya mengandung cukup energi disamping kekurang protein, walaupun dibagian tubuh lainnya, terutama pantat terlihat adanya atrofi.
II. Gangguan pertumbuhan, Pertumbuhan terganggu, berat badan dibawah 80 % dari baku Harvard persentil 50 % walaupun terdapat edema, begitu pula tinggi badannya terutama jika KKP sudah berlangsung lama.
III. Perubahan mental, sangat mencolok. Pada umumnya mereka banyak menangis dan stadium lanjut bahkan sangat apatis. Perbaikan kelainan mental menandakan suksesnya pengobatan.
IV. Edema, baik ringan maupun berat ditemukan pada sebagian besar penderita kwarshiorkor. Walaupun jarang, asites dapat mengiringi edema.
V. Atrofi Otot, selalu ada hingga penderita tampak melemah dan berbaring terus-menerus, walaupun saat sehat, penderita dapat berjalan.
VI. Perubahan Rambut, sering dijumpai. Sangat khas bagi penderita kwarshiorkor ialah rambutnya mudah dicabut. Pada penderita yang lanjut dapat terlihat rambut kepala yang kusam, kering, halus, jarang, dan berubah warna (hitam menjadi merah, coklat. Abu-abu, putih). Alis rambut juga menunjukkan perubahan demikian. Akan tetapi, rambut pada matanya justru memanjang.
VII. Perubahan Kulit, Adanya penyakit crazy pavement dermatosis merupakan kelainan kulit pada kwarshiorkor. Kelainan tersebut dimulai dengan bintik-bintik merah menyerupai petehia dengan bercak berubah hitam. Setelah bercak hitam mengelupas, maka pada bagian merah, dikelilingi batas-batas hitam. Bagian tmbuh sering basah karena keringat, urin, yang terus-menerus mendapat tekanan dan luka mendalam tanpa tanda-tanda inflamasi.
KWARSHIORKOR MARASMIK
Penyakit kwarshiorkor marasmik memperlihatkan gejala campuran antara penyakit marasmus dan kwarshiorkor. Makanan sehari-harinya tidak cukup mengandung protein dan energi untuk pertumbuhan yang normal. Pada penderita demikian disamping berat badan dibawah 60% dari normal memperlihatkan tanda-tanda kwarshiorkor, seperti edema, kelainan rambut, kelainan kulit, sedangkan kelainan biokimiawi terlihat pula.
· FAKTOR PENYEBAB KKP
Penyakit KEP merupakan defisiensi kalori dan protein. Oleh karena itu, ada beberapa faktor yang bersama-sama menyebabkan timbulnya penyakit tersebut, antara lain :
1. Peranan Diet
2. Faktor Sosial
3. Kemiskinan
4. Ketidaktahuan
5. Biologi
6. Kepadatan Penduduk
7. Penyakit Infeksi

· DIAGNOSIS KKP
Gambaran klinis, biokimiawi dan fisiologi KKP bervariasi dari orang-orang dan bergantung pada :
a. Keparahan KKP
b. Usia Penderita
c. Ada atau tidaknya kekurangan zat gizi lain
d. Keberadaan penyakit penyerta
e. Kekurangan dominan energi atau protein
Keparahan KKP diukur dengan menggunakan parameter antropomentrik, karena tandanya dan gejala serta hasil pemeriksaan laboratorim biasanya tidak menunjukkan perubahan, terkecuali jika penyakit ini telah sedemikian “parah”.
· PENGARUH KKP TERHADAP ORGAN
Saluran Pencernaan
Malnutrisi berat menurunkan sekresi asam dan melambatkan gerak lambung. Lapisan mukosa terlihat disepanjang edema. Mukosa usus halus mengalami atrofi. Vili pada mukosa usus senyap, permukaannya berubah menjadi datar dan diinfiltrasi oleh sel-sel limfosit. Pembaruan sel-sel epitel, indeks mitosis, kegiatan disakarida berkurang. Pada hewan percobaan, kemampuan untuk mempertahankan kandungan normal mucin dalam mukosa terganggu dan laju penyerapan asam amino serta lemak berkurang.
Sistem Hematologik
Perubahan pada sistem hematologik meliputi anemia, leukopenia, trombositopenia, pembentukan akantosit, serta hipoplasia sel-sel sumsum tulang yang berkaitan dengan dengan transformasi substansi dasar, tempat nekrosis sering terlihat. Derajat kelainan ini bergantung pada berat serta lamanya kekurangan kalori berlangsung.
Anemia pada kasus demikian bersifat normokomik dan tidak disertai dengan retikulositosis meskipun cadangan zat besi cukup adekuat. Penyebab anemia pasien yang asupannya proteinnya tidak adekuat ialah menurunnya sintesis eritropoietin, sementara anemia pada mereka yang sama sekali tidak makan protein timbul karena stem sel dalam sumsum tulang tidak berkembang, di samping sintesis eritropoietin juga menurun.
Malnutrisi berat yang berkaitan dengan leukopenia dan hitung jenis yang normal. Morfologi neutrofil juga kelihatan normal. Namun jika infeksi terjadi, jumlah neutrofil biasanya (namun tidak selalu) meningkat. Simpanan neutrofil yang dinyatakan sebagai hitung neutrofil tertinggi setelah 3-5 jam pemberian hidrokortison pada malnutrisi juga berkurang; fungsinya tidak normal. Sebagai tambahan, jumlah trombosit turut menurun.
Sistem Kardiovaskular
Kondisi semikelaparan akan menyusut berat badan sebanyak 24% mngerutkan volume jantung hingga 17% di samping menyebabkan bradiakardia, hipotensi, arterial ringan, penurunan tekanan vena, konsumsi O2, stroke volume, dan penurunan curah jantung. Dampaknya adalah kerja jantung menurun, penjenuhan (saturasi) oksigen vena dan kandungan oksigen arterial berkurang.
Sistem Pernapasan
Hasil otopsi dari penderita malnutrisi menunjukkan tanda-tanda yang menyiratkan bahwa selama hidup mereka pernah bronkhitis, tubrkulosis, sertai pneumonia. Kematian akibat malnutrisi biasanya terjadi berkaitan dengan pneumonia. Penyakit ini terutama disebabkan oleh lenyapnya kekuatan otot perut, sela iga, bahu dan diagfragma. Akibatnya fungsi ventilisasi terganggu, kemampuan untuk mengeluarkan dahak menjadi rusak sehingga eksudat menumpuk pada bronkus. Keberadaan hipoproteinemia secara bersamaan mengakibatkan edema interstitial dan sekresi bronkus. Kondisi demikian memperberat fungsi ventilisasi yang telah terganggu.
Sistem Endokrin
Hormon – hormon memiliki peranan penting pada metabolisme karbohidrat , lemak, dan protein. Dilihat dari fungsi masing-masing hormon terhadap metabolisme ketiga makronutrien tesebut, maka perubahan kadar dalam serum pada penderita KKP menguntungkan penderita dalam penyediaan energi yang dibutuhkan. Hormon-hormon tersebut antara lain :
a. Kortisol : Walaupun pada otopsi ditemukan atofi anak ginjal, kadar kortisol plasma naik baik pada kwarshiorkor maupun marasmus.
b. Insulin : Umumnya sekresi insulin tetap rendah setelah penderita dapat glukosa.
c. Hormon Pertumbuhan (Human Growth Hormon) : kadar hormon pertumbuhan sering justru meninggi pada kwarshiorkor dan normal atau meninggi pada marasmus.
d. Thyroid Stimullating Hormon (TSH) : TSH meninggi akan tetapi fungsi Thiroid menurun.
DAMPAK JANGKA PANJANG KKP
1) KKP berat menderita penyakit infeksi seperti tuberkulosa paru, radang paru disertai disentri sebagai berikut :
a) Penderita KKP masa dini dalam perkembangan otak dalam jumlah sel yang kurang sehingga mengurangi sintesis protein DNA
b) KKP dapat memengaruhi kecerdasan melalui otak kerusakan otak
c) Adanya NOMA / Stomatitis Gangrainosa
Pembusukan mokosa mulut yang bersifat progresif hingga dapat menembus pipi, bibir, dan dagu. Biasanya disertai sebagian tulang rahang dengan lokasi NOMA tersebut.


d) Adanya Xerftalmia

DAFTAR PUSTAKA
1) Aritonang, Irianton. (1994). Pemantauan Pertumbuhan Balita (Petunjuk Praktis Menilai Status Gizi Dan Kesehatan). Yoyakarta : Penerbit Kanisius.
2) Sediaoetama, Achmad Djaeni. (2008). Ilmu Gizi untuk Mahasiswa dan Profesi. Jakarta : Dian Rakyat.
3) Arisman, (2003). Gizi dalam Daur Kehidupan. Jakarta : Penerbit Buku Kedokeran EGC.
4) Pudjiadi, Solihin (2000). Ilmu Gizi Klinis pada Anak (Edisi Keempat). Jakarta : Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
5) http//Kwashiorkor_thia_ja_tag_pke_yuyud_blog!.html
6) http//NgeBlog MARASMUS.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar